Home » » Tokoh Islam di Tapin

Tokoh Islam di Tapin

Written By Unknown on Thursday 18 November 2010 | 22:14

Makam Datu Nuraya

Makam sebagai tujuan wisata ziarah antara lain makam Datu Nuraya yang merupakan makam panjang bahkan mungkin makam terpanjang di dunia (± 63 meter) dan haulannya (peringatan tahunan) adalah pada tanggal 14 Dzulhijjah. Makam ini terletak di desa Munggu Tayuh Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Tapin.

Menurut riwayat, beliau bernama asli Abdul Rauf, seorang Habib yang berasal dari Syria yang datang pada hari raya menemui Datu Suban untuk menyerahkan kitab yang bernama Nyawa Alam yang di kemudian hari terkenal dengan nama Kitab Barencong. Selesai menyerahkan Kitab tersebut beliau meninggal dunia dan dimakamkan di tempat dimana beliau meninggal tersebut. Karena badan beliau tinggi dan besar, maka menguburkannya dibuat lubang yang panjang sesuai dengan ukuran panjang dan lebar badan beliau. Banyak peziarah yang datang ke makam beliau. Tidak hanya penduduk lokal, tetapi banyak juga dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Syria, Inggris, India dan lain sebagainya.

Makam Datu Suban

Datu Suban adalah seorang waliyullah yang memiliki Ilmu Hikmah dan menguasai Ma'rifat tingkat tinggi. Murid-muridnya berjumlah 12 orang. Tiap murid mempunyai tingkat Ilmu Kasyaf yang berbeda-beda, namun yang paling lengkap kajian ilmunya dan mendapat kehormatan untuk mewarisi Kitab Utama yang biasa disebut Kitab Barencong. Hanya murid beliau yang bernama Abdussamad Al-Palembangi atau dengan nama lain Datu Sanggul.
Dalam komplek makam tersebut terdapat makam beberapa murid utama beliau seperti Datu Karipis, Datu Diang Bulan, dan Datu Mayang Sari. Tidak hanya penduduk lokal, tetapi banyak juga dari luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Syria, Inggris, India dan lain sebagainya. Haulannya dilaksanakan pada bulan Syawal setiap tahun.

Makam Datu Sanggul

Datu Sanggul adalah seorang waliyullah yang makamnya terletak di desa Tatakan (14 km dari Rantau). Nama asli beliau adalah Abdussamad dan berasal dari Palembang. Menurut cerita masyarakat, setelah mengaji ilmu dengan gurunya yang bernama Datu Suban, Abdussamad seringkali berkhalwat menunggu ilmu, terutama pada malam-malam Lailatul Qadar. Karena kebiasaan menunggu ilmu atau manyanggul ilmu (dalam bahasa Banjar) itulah beliau mendapat gelar Datu Sanggul dan keistimewaan beliau mampu salat setiap jumat ke Masjidil Haram hingga bertemu dan saling mengangkat saudara dengan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Peninggalannya yang terkenal adalah kitab Hidayatus Salihin yang menjadi referensi rujukan kitab-kitab Salaf dan dipelajari oleh ulama di beberapa negara di dunia.
Share this article :

Post a Comment

Setiap komentar kamu akan sangat berarti bagi saya untuk bisa menjadi lebih baik....trim,s