Home » » Riwayat Datu Sanggul

Riwayat Datu Sanggul

Written By Unknown on Thursday 18 November 2010 | 22:28

datu sanggulDatuk Sanggul berasal dari pulau Andalas ,sejarah mencatatnya bahwasanya beliau berasal dari kota Palembang yakni Sumatera Selatan, yang melakukan hijrah ke Kabupaten Tapin dengan membawa misi perkembangan agama Islam,hingga menetap di desa Tatakan kabupaten Tapin sampai beliau menghabiskan nafas terakhir dan disemayamkan di desa Tatakan Kabupaten Tapin. 

Semasa hidupnya, Datu Sanggul ke Tapin ( desa Muning Tatakan ) dalam rangka menuntut ilmu agama kepada Datu Suban, hal ini bukan berarti beliau belum memiliki ilmu agama, melainkan beliau sudah memiliki ilmu agama sudah cukup dan juga seorang Ulama. Dalam suatu mimpi ( ketika masih berada di Palembang ) didalam mimpinya bertemu dengan orang tua yang menasehati kalau anaknda Abdussamad mau mendapatkan ilmu sejati maka tuntutlah sekarang, dan orang itu berada didaerah Kalimantan Banjar tepatnya di kampung Muning pantai Munggu Tayuh Tiwadak Gumpa, di sana ada seorang tua (datu) yang bernama Suban (Datu Suban), atas petunjuk didalam mimpi itu Abdussamad berangkat menuju Kalimantan, yang sebelumnya mendapatkan izin dari orang tua kandung hingga sampailah beliau mendapatkan daerah yang dicari yaitu kampung Muning (Tatakan). 

Setibanya di kampung Muning, beliau menemui Datu Suban dan menceritakan perihal akan mimpinya tersebut, dengan lapang dada seakan mengerti akan simbol rabbaniyahtul Ilm pada hallikwal waktu itu Datu Suban pun menerima dan mengerti akan maksud kedatangannya serta disambut serta sangat diharapkan oleh Datu Suban ibarat pepatah buku bertemu dengan ruas kemudian pasak bertemu dengan tiang. Atas pengamatan dan penilaian Datu Suban terhadap Datu Sanggul bahwasanya Datu Sanggul mempunyai sikap maupun watak yang berbeda dari murid-muridnya yang lain, sehingga Datuk Sanggul diberikan amanah untuk menjaga kitab oleh Datu Suban mengenai ilmu Ma'rifattullah. 

Menurut catatan sejarah, aktifitas beliau sehari-hari yakni berburu rusa, katanya cara beliau berburu dengan cara menunggu ditempat yang sering dilalui oleh binatang buruan dan hasil dari berburunya didermakan ketetangga dan jiran sekitar rumah beliau.

Menurut mereka yang sefaham aliran dengan beliau ialah dengan ketaatan, ketawadhuan serta tingkat peribadatannya sampai mencapai martabat Abudah dan Badal. Metode pelaksanaan syariat keagamaannya di nilai sangat kuat seperti sholat Tahajjud terutama dibulan suci Ramadhan beliau selalu mengikat perut dan menguatkan ibadahnya untuk menunggu malam Lailatul Qadar, menurut kepercayaan orang Banjar pada malam ganjil dimulai pada 20 akhir Ramadhan beliau selalu menyanggul Lailatul Qadar, sehingga atas dasar tersebut masyarakat setempat digelari dengan sebutan Datu Sanggul. 

Sementara keunikannya dari pola interaksi symbolic Datuk Sanggul, melalui Kitab Barencongnya pada manaqibnya penuh syair serta puisi dan pantun. Diceritakan oleh juri kunci pemakaman Julak Antung, dimana masyarakat sekitar memanggilnya, menurutnya melalui yang tercatat dalam sejarah yakni manaqib Datu Sanggul dengan riwayat Kitab Barencong yang diberikan Datu Suban kepada Datu Sanggul secara silsilah merupakan berasal dari Datu Nuraya yang maqamnya berada dekat pertahanan Datu Dulung ketika melawan Belanda dan benteng tersebut adalah benteng Munggu Tayuh digelari dengan Datu Nuraya karena datu tersebut datang ke kampung Muning bertepatan dengan hari raya selepas Datu Suban melaksanakan sholat Ied. Setelah berkenalan dan memperlihatkan sebuah kitab kepada Datu Suban tidak lama kemudian orang tersebut ambruk dan wafat pada hari raya itu juga. Mengenai riwayat Datu Nuraya tidak ada kejelasan dari mana beliau berasal dan apa tujuan beliau berada dikampung Muning Tatakan, namun menurut kabar yang berkembang di masyarakat ada yang mengatakan bahwa Datu Nuraya berasal dari Hadramaut tetapi ada pula yang mengatakan bahwa Datu Nuraya berasal dari pulau jawa, dengan gelar garandali, diceritakan garandali sebuah gelar yang luar biasa, namun ketawadhuan yang dimiliki Datu Nuraya membuat hidupnya lebih memilih merakyat, keutamaan garandali tak lain adalah seorang ulama yang selalu merakyat, halikwal dan keinginannya sudah bulat di tujukan hanya satu yakni kepada Allah SWT, sehingga setiap ibadah maupun di dalam memanfaatkan ilmunya,selalu merasa tak berdaya melainkan hanya dengan pertolongan Allah SWT, setiap kebaikan yang di anggapnya selalu hanya hadiah dari Allah.SWT, dengan seperti itu,menjadikan hati bahkan seluruh batang tubuhnya hanya sebagai persinggahan Allah.SWT saja dan ini tingkat ikhlash yang tertinggi ungkapnya. 

Datu Nuraya, seorang figur garandali yang menempuh jalan gurur, jalan gurur yang selalu di kilati akan hal dan menurut kabar jalan ini tak mudah, dan konon beliau ini, dengan kain kebesarannya atau tapih dapat mengatur alam, yang tentunya atas izin Allah.SWT, seperti menurunkan hujan, mengatur petir, dan awan serta angin yang bertiup, sehingga setiap beliau berjalan di terik matahari awan selalu menaunginya, Sementara itu juga ada kabar yang menyebutkan bahwasanya beliau bernama Syekh Gede Jangkung, hal ini dilihat dari ukuran makam beliau yang panjangnya 63 meter. Kitab yang diberikan Datu Nuraya kepada Datu Suban berisi tuntunan hidup pada kehidupan lahir dan bathin untuk kehidupan didunia maupun dikehidupan akhirat serta rahasia alam dan rahasia rubbubiyah, serta menyangkut Rabbaniyatul Ilm dan Rabbaniyatul hukum. 

Kembali ke Datu Sanggul bertemu dan menjalin persaudaraan dengan Datu Kelampaian, di ceritakan oleh masyarakat setempat, akan hallikhwal Datu Kelampaian Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari mengaji ke mekkah, beliau sudah melakukan ikatan lahir bathin dengan Datu Sanggul, yakni (beangkatan dangsanak) jika orang banjar mengartikan. 

Ikatan saudara ini lebih di perluas dengan saling memberikan pengetahuan satu sama lainnya, dimana keingintahuan Datu Kelampaian pada isi kitab Datu Sanggul terpenuhi, sementara pesan Datu sanggul kepada datu kelampaian yakni , kalau adinda bulik ke banua yang sarincung kitab ini kaina ambil di Kampung Muning Tatakan dengan syarat harus membawa kain putih, sebab bila kitab ini bersatu lagi salah satu diantara kita akan kembali kepada Allah.SWT.

Ketika Datu Kelampaian pulang ke kampung halaman di Martapura setelah 30 tahun mengaji di Mekkah dan sempat mengajar di Masjidil Haram Mekkah pada bulan Ramadhan 1186 H atau bulan Desember 1772 M, usai Datu Kelampaian berkumpul dengan keluarga maka beliau teringat dengan Datu Sanggul sebagai saudara yang ada di kampung muning Tatakan dengan berencana akan melakukan silahturhami.

Sesampainya di kampung Muning beliau sampai pada gubuk yang sederhana apakah benar suadara Datu Sanggul telah pulang kerahmatullah, dan konon meninggalnya Datu Sanggul ditandai dengan hujan lebat selama tiga hari tiga malam berturut-turut,yang menandakan bahwa langit dan bumi merasa bersedih atas kepergiannya.
Share this article :

Post a Comment

Setiap komentar kamu akan sangat berarti bagi saya untuk bisa menjadi lebih baik....trim,s